Logo/lambang STIPAS KAK terdiri atas unsur-unsur dan penjelasan sebagai berikut:
- Bentuk persegi lima, sebagai bentuk dasar, melambangkan: Sekolah Tinggi sebagai sebuah menara ilmu pengetahuan. Di sinilah tempatnya, para mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan; Dasar Negara RI, Pancasila sebagai pedoman dasar dan pedoman arah dari kiprahnya suatu Lembaga Pendidikan Tinggi.
- Padi dan kapas, simbolisasi dari kemakmuran dan kesejahteraan. Ini berarti setiap alumni dengan berbekalkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang ada siap mengamalkannya demi memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya dengan sendirinya menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya.
- Alat musik sasando, yakni sejenis alat musik berdawai dari Rote, sebagai ciri khas bunyinya yang menyerupai dentingan dawai atau senar yang terbuat dari kawat halus. Bahan dasar dari sasando adalah daun lontar, yang kemudian dibentuk secara artistik lalu menghasilkan sebuah wadah yang berfungsi sebagai resonator bagi senar atau dawai yang dipetik dengan jari. Sasando ini telah dijadikan sebagai logo episkopal dari Uskup Agung Kupang saat ini. Dipilihnya sasando sebagai bagian dari logo/lambang STIPAS KAK karena sasando menyiratkan beberapa makna antara lain: Keberadaan STIPAS dalam wilayah yurisdiksi Keuskupan Agung Kupang, yang juga adalah pemilik dari lembaga ini. Suatu wilayah dimana etnis terbesarnya adalah etnis Rote; karena sasando juga berfungsi sebagai wadah penampung air, memberi simbol bahwa di Lembaga Pendidikan Tinggi ini setiap mereka yang “haus” akan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus, akan dipuaskan dahaganya. Sekaligus sebagai simbolisasi dari “air kehidupan” yang harus dibagi-bagikan oleh setiap alumni kepada sesamanya dimana saja dan kapan saja, yang tengah mengalami “kehausan” akan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, lebih-lebih dahaga imannya; Sasando juga berfungsi sebagai alat musik, akan selalu mengeluarkan suara-suara merdu menawan kalbu, simbolisasi dari suatu harapan yang terpendam, bahwa setiap alumni dimana saja dan kapan saja, hendaknya selalu tampil menyejukkan setiap hati yang tengah gundah gulana dan meneguhkan iman sesama yang tengah lesu, lewat keindahan serta kemerduan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, lebih-lebih iman yang dihayatinya.
- Buku/kitab yang terbuka. Unsur ini melambangkan ± dua makna yakni: Sebagai simbolisasi dari ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Dimana STIPAS KAK akan senantiasa membuka diri untuk membagi-bagikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tersebut, kepada siapa saja yang mau datang kepadanya; Sebagai lambang kitab suci. Kitab yang berisikan Firman Tuhan. Sebagai suatu rekaman kasih, perasaan dan perbuatan Allah. Itulah yang harus diwartakan oleh setiap alumninya di tengah komunitas kristiani, dimana dan kapan saka. Kitab yang berisikan nilai-nilai injili, yang harus dihayati dan kemudian diamalkan oleh setiap alumninya sehingga dapat meragi dan menggarami lingkungannya; Buku juga sebagai simbol dari perpustakaan, yang berfungsi sebagai jendela cakrawala. Dimana di dalamnya dan melaluinya setiap orang dapat memperluas cakrawala berpikir, berdialog dan berkaryanya. Sehingga diharapkan setiap alumni memiliki cakrawala yang luas, untuk dapat membantu memperluas cakrawala sesama yang di kemudian hari. Menjadi “buku hidup” yang senantiasa terbuka untuk dibaca. menjadi seibarat “cermin hidup”, dimana setiap orang boleh bercermin diri.
- Lidah-lidah api, yang melatari buku/kitab, mengandung makna, antara lain: Simbol dari Allah Roh Kudus, sebagai napas Gereja Kristus, sekaligus sebagai sumber inspirasi, kekuatan dan peneguhan, penghiburan serta pengudusan. Ini berarti, setiap alumni di dalam berkarya pastoral di tengah umat, hendaknya selalu memohon inspirasi (penerangan) dari Roh Kudus, agar setelah dikuatkan, diteguhkan, dihibur dan dikuduskan oleh-Nya, tampil untuk dapat menguatkan, meneguhkan, menghibur dan menguduskan sesamanya; Sebagai simbol semangat juang (perjuangan), yang harus dapat dimiliki oleh setiap mahasiswanya di dalam meraih cita-cita. Untuk selanjutnya diamalbaktikan kepada sesamanya di kemudian hari.
- Dian yang tak kunjung padam, simbol dari ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ilmu itu seibarat sebuah dian yang sedang menyala, untuk dapat menghalau “kegelapan”, karena kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan sebagainya. Seseorang yang sedang menuntut ilmu diharapkan sekali kelak dapat tampil menjadi “dian yang bernyala” di tengah masyarakat yang sedang dibalut oleh “kegelapan” itu, dalam arti menjadi terang bagi sesamanya seperti Kristus sendiri yang adalah terang dunia.
- Lingkaran/bulatan cahaya, berwarna putih, yang melingkari nyala dian, menyiratkan bentuk sebuah “hostia” atau lebih tepat “roti kehidupan” yang adalah lambang Kristus sendiri. “Roti kehidupan” sebagai sumber kekuatan rohani bagi setiap alumuni untuk tampil menjadi saksi Kristus yang adalah subyek dan tokoh sentral dari kesaksian itu sendiri. Roti kehidupan itu pulahlah yang harus senantiasa dilipat-gandakan, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada siapa saja yang tengah mengalami rasa “lapar rohani”, lewat pewartaan, lebih-lebih lewat kesaksian hidup sendiri.
- Kumpulan Noktah/titik-titik hitam yang tak beraturan, simbolisasi dari: Beragamnya latar belakang serta status sosial para mahasiswanya, serta beragamnya medan pengabdian dan obyek sasaran dari karya pastoral, karena latar belakang geografis serta sosial kemasyarakatan yang ada. Kendati beragam dan berbeda; Gereja yang bergerak/hidup: bahwa baik yang melayani maupun yang dilayani sama-sama sebagai Gereja: “Ada rupa-rupa karunia tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1Kor 12:4).
- Garis-garis bergelombang: sebagai lambang “gelombang” perjuangan hidup di dalam meretas dan meraih suatu cita-cita, yang tentunya tak kurang cobaan dan tantangan yang bakal dihadapi seseorang. Baik itu selagi sebagai mahasiswa selama pendidikan di lembaga ini, maupun lebih-lebih di dalam mengamalkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan di tengah masyarakat sebagai alumni.
- Salib yang berwarna merah yang terpancang megah di belakang buku, lidah-lidah api dan dian, melambangkan ciri khas sekaligus identitas diri dari Sekolah Tinggi ini. Yang siap untuk mendidik, membina serta membangun calon-calon tenaga pastoral, yang memiliki cinta kasih kepada sesama manusia, yang menaruh hormat kepada kehidupan serta yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, kejujuran dan perdamaian yang senantiasa menjalin suatu hubungan yang serasa dan selaras dengan Tuhan dan lingkungan hidupnya di atas landasan cinta kasih dan berpedoman cara hidup Yesus Kristus sendiri, yang “datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani” (bdk Mat 20:28). Salib juga simbol pengorbanan diri, bahwa seorang alumni harus selalu bersedia untuk berkorban bagi sesamanya seperti Kristus sendiri. Salib itu pulalah yang senantiasa menjadi kekuatan dan sumber pewartaan sekaligus. Seorang tenaga pastoral adalah seorang pwarta salib, simbol: kemenangan, sukacita dan kebahagiaan, kesejahteraan, kedamaian, keselamatan serta tugas perutusan sekaligus.
- Tali-tali senar, berwarna kuning keemasan dalam suatu kesatuan: sebagai simbolisasi dari berbagai kebajikan kristiani (nilai-nilai injili), yang akan selalu mengikat-eratkan setiap orang (petugas pastoral/pewarta dan obyek sasar dari pewarta/umat). Dengan Tuhan dalam ikatan damai, cinta kasih dan kesetia-kawanan sebagai satu komunitas kaum beriman (Gereja). Ibarat tali-tali senar yang tidak berfungsi apabila putus atau tak bakal mengeluarkan suara yang indah bila tidak dipetik dengan jari, demikianpun halnya kebijakan-kebijakan kristiani tersebut tak akan berdaya guna. Untuk itu, setiap alumni diharapkan selalu proaktif dalam memberdayakan kebijakan-kebijakan tersebut demi terciptanya suatu kehidupan yang harmonis di tengah umat dan masyarakat. Tali yang dipintal: berwarna kuning yang mengikat-satukan berbagai lambang/unsur, baik yang berada di luar, di tengah maupun bagian dalam sebagai simbolisasi dari semangat solidaritas, persatuan dan kesatuan antar sesama umat sebagai anggota Gereja Kristus, sesuai dengan pesan Rasul Paulus, sebagai tertulis dalam 1Kor 12:1-11.
- Bintang yang berwarna merah: simbolisasi dari Tuhan sendiri yang adalah Alpha dan Omega: Awal dan Muara dari semua bentuk ilmu pengetahuan dan ketrampilan, Sang Pemilik Tunggal dan Penganugerah satu-satunya segala bentuk karunia (kebijakan) kepada setiap orang yang berkehendak baik untuk memilikinya.
Inilah ke-12 (dua belas) unsur dari logo/lambang STIPAS KAK. Angka “dua belas” secara pastoral mengandung makna apostolik, yakni melambangkan ke 12 Rasul Yesus Kristus . karena seorang alumni STIPAS adalah “Rasul” Kristus yang sedang diutus untuk mewartakan Injil-Nya sesuai dengan semangat rasuli perdana.
Warna-warni pada logo/lambang STIPAS, juga mengandung arti atau makna tertentu, seperti:
- Warna kuning: simbol sukacita, bercahaya, bebas dan optimisme
- Warna hijau: simbol ketegasan, kebanggaan, kekuatan dan harapan
- Warna putih: simbol ketulusan, kesucian hati dan pikiran, kejujuran dan heroisme
- Warna biru: simbol keteduhan, kesejukan, ketenangan hati, kedamaian, keharmonisan, loyalitas, sekaligus sebagai sinyal yang menolak segala bentuk kekerasan.
- Warna merah: simbol hasrat, intensitas, keinginan yang kuat, semangat juang, keberanian dan pengorbanan.
- Warna hitam: simbol kepastian, keagungan, ketedasan dan ketegaran hati.
Unsur padi dan kapas yang pada ujung atasnya menyerupai telapak tangan yang terbuka ke atas, simbolisasi dari keterbukaan dan kesiapan seorang alumni dalam melaksanakan perintah keramat dari Kristus untuk “Pergi” mewartakan Injil-Nya (bdk Mat 28:19-20). Tiga lapisan/bagian dari logo (I, II, III) mengandung makna “Trinitaris”, simbol dari Allah Tritunggal Mahakudus juga terbersit di dalamnya 3 (tiga) kebijakan ilahi yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap alumni, yakni: Iman, Harap dan Kasih. Sekaligus simbol dari tiga tugas utama dari STIPAS sebagai bagian dari perguruan tinggi yakni menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.